Korea Selatan, Life, Travel

Gwangjang Market: Jadi Korban Media

Pagi itu sebelum berangkat ke kampus selalu kusempatkan sekian menit untuk menatap tv di kosanku. Sekedar melihat berita terbaru yang mungkin bisa saja dibahas di kelas. Nah, saat itu seorang presenter bercuap-cuap dengan penuh makanan di mulutnya yang sebenarnya perlu dikunyah dan ditelan terlebih dulu melalui tenggorokannya. Tapi ia tak peduli dan terus memberikan informasi betapa nikmatnya makanan yang tengah ia kunyah saat itu. Presenter tersebut sedang berada di Seoul, tepatnya di Gwangjang Market. Saat liputan itu di sana masih sangat pagi, lebih mirip pasar pagi di jakarta yang menjajakan berbagai macam jajanan pasar. Sambil kutelan air liurku kutatap terus presenter yang sambil memberikan informasi sambil memasukkan suapan demi suapan bubur hangat khas Korea ( Hobakjuk, klo gasalah) ke dalam mulutnya. “Wah, pokoknya klo aku ke Korea aku akan pasar ini!” ucapku dalam hati. Sesekali sorotan kamera menunjukkan hidangan yang dijajakan penjual, sungguh menggugah selera. “Pasti perutku akan di manjakan di sana”, “Hmm, pasti makanannya enak-enak ga seperti makanan Korea ala-ala di Indonesia”. Lalu berakhirlah liputan sang reporter di Gwangjang pagi itu dan ku sadari juga kalau aku sudah hampir telat masuk kelas (ini hampir tiap hari sih btw wkwkw).

Nah, saat memiliki kesempatan untuk pergi ke Korea, mengunjungi Gwangjang Market menjadi top listku saat itu. Wajah sang reporter yang saat itu yang tengah menikmat kuliner khas korea terngiang-ngiang. Jadi, setelah kami mengunjungi Bukchon akhirnya kami menuju Gwangjang Market. Fix yang kita kira itu lumayan deket, ternyata jauhnya naudzubillah, meskipun aku cuma pakai flatshoes tapi kaki tetap sakit banget (tips kalau kalian ke korea di musim semi atau panas mending bawa sendal jepit, its really helpful), sesekali aku buka sepatu dan kakiku ternyata sudah merah-merah hha. Setalah jalan lama banget akhirnya sampai ke Gwangjang Market, pasarnya mirip sih kayak pasar pada umumnya di Indonesia cuma ya jauh lebih bersih. Saat masuk kami disambut dengan beberapa penjual baju dan pernak-pernik. Una dan Nisa sempat mampir untuk beli beberapa. Selesai belanja akhirnya kami masuk lagi ke dalam. Wangi makanan mulai tercium, wangi Soju tak kalah menyeruak.

IMG_5910

IMG_5913

IMG_5911

Ya benar adanya, seisi pasar itu memang di dominasi oleh penjaja makanan. Mayoritas pembeli adalah penduduk lokal. Sepertinya hanya kami bertiga yang merupakan turis pada siang itu. Hmm, tapi yang aku ekspektasikan  dengan kenyataannya sungguh jauh berbeda. Saat di TV tak ada terlihat babi terpajang di meja-meja penjual, tak terlihat botol-botol soju yang berjejer sebagai pendamping makanan. Namun ternyata yang aku lihat sungguh berbeda. Di setiap meja-meja penjual terpajang daging babi yang sudah dimasak namun masih terlihat sedikit darah segarnya, kepala babi yang tersaji di kuwali-kuwali panas mereka dan cincangan daging yang dimasukkan ke dalam (semacam) usus (yang aku yakin pasti itu daging dan usus babi!). Saat itu kami langsung gak sanggup liat kepala babi (hhu, sayangnya aku ga berani foto) di mana-mana udah eneg aja gitu dan menjaga juga sih takutnya makanan yang lain meskipun non-babi tapi dimasak menggunakan alat masak yang sama. Kami langsung gak selera untuk mencari bubur dan jajanan lain yang kulihat dikunyah sang presenter beberapa bulan lalu di pasar ini. Belum lagi bau soju yang menurutku cukup tajam, dan di pasar itu  begitu dipenuhi dengan penduduk lokal yang sepertinya mulai menyadari adanya hijabers lagi keliling-keliling pasar kayak orang bego hha. Kami pun memutuskan untuk keluar pasar dengan tidak membeli makanan apa-apa kecuali Nisa yang membeli Sikhye. Ohya bagi yang ingin mencoba kimchi dari berbagai macam olahan sayur mungkin Gwangjang bisa menjadi pilihan yang tepat, karena aku bukan pencinta Kimchi jadi liatnya ya biasa aja hhe. Ohya dan menurutku bagi kalian yang non-muslim Gwangjang patut dikunjungi karena ya itu, merupakan surga makanan dengan olahan babi :”))

IMG_5912

IMG_5914

IMG_5908

IMG_5907

IMG_5909

Lumayan sedih sih, udah jalan berkilo-kilo wkwkw terus ga jadi makan di sana. Ujung-ujungnya makan di convenience store juga hha. Jadi judul hari itu adalah Aul si Korban Media.

IMG_5919

Sikhye yang di beli Nisa

Standard

Leave a comment