Korea Selatan, Travel

Yang Wajib di Bawa saat Traveling ke Korea

Saat aku ke Korea sempat bingung harus bawa apa saja selain baju apalagi untuk cewek yang banyak banget printilannya. Saya juga gak banyak survey terlebih dahulu tentang suhu dan angin di sana. Saya hanya fokus melihat musim di sana apa, sudah deh selesai. Banyak printilan yang sebenarnya SANGAT PENTING untuk di bawa akhirnya terlupakan 😦 Makanya aku rasa ini sangat penting untuk aku share karena hal ini sering banget dilupakan orang atau bahkan tidak tahu kalau ini sebenarnya penting untuk di bawa terutama yang pergi di bulan Mei karena saya kemarin pergi di bulan tersebut, tapi menurutku ini masih relate kalau kalian pergi saat cuaca di sana sedang dingin.

 

IMG_5619.JPG

Korea yang terik tapi udaranya dingin

 

Jadi barang yang menurutku penting banget untuk kalian bawa saat traveling ke Korea selain pakaian, handuk dan alat mandi adalah

 

  1. Tissu Basah, ini penting pake banget! Soalnya di Korea Selatan toilet rata-rata airnya hanya untuk flush.
  2. Lipbalm, kalau kalian ke Korea di saat cuaca dingin kalian pasti sangat membutuhkan lipbalm. Pada bulan Mei saja meskipun peralihan ke musim panas tetap saja di sana cukup berangin dan cepat sekali membuat kulit dan bibir kami kering. Bahkan kalau dibiarkan bisa sampai berdarah atau bibir item gitu loh. Waktu itu kami menggunakan Vaseline Petrolium Jelly lumayan ampuh (hmm, padahal lagi di Korea tapi gak ngerti kalau ada produk sebagus laneige lip mask hha).
  3. Sendal Jepit/Flip Flop, karena jalanan di sana berbukit-bukit menurutku di saat kaki sudah sakit banget pakai sepatu emang enaknya pakai sendal jepit hha. Aku yang saat itu cuma bawa flat shoes akhirnya harus menahan kaki yang kesakitan karena naik turun bukit dan jaraknya jauh-jauh.
  4. Face Spray, masih berkaitan dengan cuaca yang dingin keberadaan facepray sangat dibutuhkan, kalau nggak wajah kalian akan terlihat kasar dan terlihat beberapa kulit yang mengelupas. Hal tersebut juga terjadi padaku.
  5. Sheetmask, kalau ini gak perlu bawa karena di Korea banyak banget yang jual dari berbagai macam harga. Ini juga berfungsi untuk melembabkan wajah apalagi yang udah capek seharian jalan untuk explore kota di Korea.
  6. Kacamata, keberadaan kacamata sangat penting bagi kalian yang pergi di bulan Mei dan saat summer karena sinar matahari di sana sangat terik loh. Bahkan anak-anak kecil di Korea sudah banyak yang menggunakan kacamata loh 🙂

 

Yap, itu aja sih kayaknya printilan yang sebenarnya wajib untuk di bawa tapi sering dilupakan orang. Kalau menurut kalian bagaimana? Printilan apa yang menurut kalian wajib untuk di bawa tapi sering tak terfikirkan?

Standard
Korea Selatan, Travel

Waktu Terbaik ke Korea Selatan

Ke Korea Selatan sebenarnya agak tricky, well bukan hanya Korsel deh tapi semua negara yang memiliki 4 musim hha. Kita harus tahu waktu terbaik untuk mengunjungi negara tersebut demi mendapatkan pengalaman cuaca yang berbeda dari Indonesia, kalau nggak kalian bisa aja zonk dan pas share foto selama di sana teman seenak jidat komen, “di Bogor?” wkwkwk

Yup, kalau kalian zonk kalian bakalan ngeliat Korea gak jauh bedanya dengan Jakarta, Bogor, Bandung dan kota lainnya di Indonesia hha cuma dalam versi yang lebih premium :’))

Hal tersebut yang kami alami, datang di bulan Mei yang merupakan peralihan dari semi ke musim panas. Hampir semua tanaman sudah didominasi oleh warna hijau, layaknya kalian sedang berada di Balikpapan atau Bogor.

 

Related image

Ekspektasi

Apalagi saat di Nami yang saat musim gugur cantiknya luarbiasa dengan dominasi warna orange tapi kalau kalian datang di bulan Mei Nami Island tak jauh berbeda dengan Kebun Raya Bogor atau Tanah Merah di Samboja wkwkw. Seriusan deh! Tapi gak apa-apa, karna salah musim ini membuat kami di Nami Island tak henti-hentinya tertawa meratapi nasib jauh-jauh ke Nami tapi sama aje kayak Bogor wkwk.

 

IMG_5953

Realita

 

Tapi nilai plus kalau kalian ke Korea di masa peralihan (Mei) karena cuacanya adem kayak lagi diruangan ber-AC tapi sinar mataharinya tetap terik jadi bagus buat foto-foto. Selain itu di bulan ini gak banyak turis asing terutama Indonesia, selama 10 hari di Korea saja kami baru sekali bertemu dengan orang Indonesia. Di berbagai spot tempat wisata kami lebih sering bertemu dengan penduduk lokal.

 

IMG_6134

Taman FKM UI ?

 

IMG_5371 (1)

Gunung Dubs Balikpapan?

Jadi, waktu terbaik ke Korea terutama ke Nami Island kapan? Kalau menurutku sih mending kalian datang saat

  • Winter pada bulan Januari-Februari (jangan Desember karena ini masa peralihan, gak akan kalian lihat salju berjatuhan tapi hawa dinginnya luar biasa)
  • Semi pada akhir Maret sampai akhir April (jangan kesini bulan Mei karena daun-daunnya yang berwarna-warni akan berubah semua jadi hijau)
  • Gugur ini konon katanya sih the best time to visit Korea, datanglah bulan oktober-november karena katanya suasana gugur di sana super romantis. Daun-daun berubah jadi warna orange cuacanya lumayan dingin. Di jalan banyak daun-daun berguguran. duh!

 

IMG_5955.JPG

Alhamdulillah masih bisa liat sisa-sisa musim semi dikit wkwk

Standard
Korea Selatan, Life, Travel

Gwangjang Market: Jadi Korban Media

Pagi itu sebelum berangkat ke kampus selalu kusempatkan sekian menit untuk menatap tv di kosanku. Sekedar melihat berita terbaru yang mungkin bisa saja dibahas di kelas. Nah, saat itu seorang presenter bercuap-cuap dengan penuh makanan di mulutnya yang sebenarnya perlu dikunyah dan ditelan terlebih dulu melalui tenggorokannya. Tapi ia tak peduli dan terus memberikan informasi betapa nikmatnya makanan yang tengah ia kunyah saat itu. Presenter tersebut sedang berada di Seoul, tepatnya di Gwangjang Market. Saat liputan itu di sana masih sangat pagi, lebih mirip pasar pagi di jakarta yang menjajakan berbagai macam jajanan pasar. Sambil kutelan air liurku kutatap terus presenter yang sambil memberikan informasi sambil memasukkan suapan demi suapan bubur hangat khas Korea ( Hobakjuk, klo gasalah) ke dalam mulutnya. “Wah, pokoknya klo aku ke Korea aku akan pasar ini!” ucapku dalam hati. Sesekali sorotan kamera menunjukkan hidangan yang dijajakan penjual, sungguh menggugah selera. “Pasti perutku akan di manjakan di sana”, “Hmm, pasti makanannya enak-enak ga seperti makanan Korea ala-ala di Indonesia”. Lalu berakhirlah liputan sang reporter di Gwangjang pagi itu dan ku sadari juga kalau aku sudah hampir telat masuk kelas (ini hampir tiap hari sih btw wkwkw).

Nah, saat memiliki kesempatan untuk pergi ke Korea, mengunjungi Gwangjang Market menjadi top listku saat itu. Wajah sang reporter yang saat itu yang tengah menikmat kuliner khas korea terngiang-ngiang. Jadi, setelah kami mengunjungi Bukchon akhirnya kami menuju Gwangjang Market. Fix yang kita kira itu lumayan deket, ternyata jauhnya naudzubillah, meskipun aku cuma pakai flatshoes tapi kaki tetap sakit banget (tips kalau kalian ke korea di musim semi atau panas mending bawa sendal jepit, its really helpful), sesekali aku buka sepatu dan kakiku ternyata sudah merah-merah hha. Setalah jalan lama banget akhirnya sampai ke Gwangjang Market, pasarnya mirip sih kayak pasar pada umumnya di Indonesia cuma ya jauh lebih bersih. Saat masuk kami disambut dengan beberapa penjual baju dan pernak-pernik. Una dan Nisa sempat mampir untuk beli beberapa. Selesai belanja akhirnya kami masuk lagi ke dalam. Wangi makanan mulai tercium, wangi Soju tak kalah menyeruak.

IMG_5910

IMG_5913

IMG_5911

Ya benar adanya, seisi pasar itu memang di dominasi oleh penjaja makanan. Mayoritas pembeli adalah penduduk lokal. Sepertinya hanya kami bertiga yang merupakan turis pada siang itu. Hmm, tapi yang aku ekspektasikan  dengan kenyataannya sungguh jauh berbeda. Saat di TV tak ada terlihat babi terpajang di meja-meja penjual, tak terlihat botol-botol soju yang berjejer sebagai pendamping makanan. Namun ternyata yang aku lihat sungguh berbeda. Di setiap meja-meja penjual terpajang daging babi yang sudah dimasak namun masih terlihat sedikit darah segarnya, kepala babi yang tersaji di kuwali-kuwali panas mereka dan cincangan daging yang dimasukkan ke dalam (semacam) usus (yang aku yakin pasti itu daging dan usus babi!). Saat itu kami langsung gak sanggup liat kepala babi (hhu, sayangnya aku ga berani foto) di mana-mana udah eneg aja gitu dan menjaga juga sih takutnya makanan yang lain meskipun non-babi tapi dimasak menggunakan alat masak yang sama. Kami langsung gak selera untuk mencari bubur dan jajanan lain yang kulihat dikunyah sang presenter beberapa bulan lalu di pasar ini. Belum lagi bau soju yang menurutku cukup tajam, dan di pasar itu  begitu dipenuhi dengan penduduk lokal yang sepertinya mulai menyadari adanya hijabers lagi keliling-keliling pasar kayak orang bego hha. Kami pun memutuskan untuk keluar pasar dengan tidak membeli makanan apa-apa kecuali Nisa yang membeli Sikhye. Ohya bagi yang ingin mencoba kimchi dari berbagai macam olahan sayur mungkin Gwangjang bisa menjadi pilihan yang tepat, karena aku bukan pencinta Kimchi jadi liatnya ya biasa aja hhe. Ohya dan menurutku bagi kalian yang non-muslim Gwangjang patut dikunjungi karena ya itu, merupakan surga makanan dengan olahan babi :”))

IMG_5912

IMG_5914

IMG_5908

IMG_5907

IMG_5909

Lumayan sedih sih, udah jalan berkilo-kilo wkwkw terus ga jadi makan di sana. Ujung-ujungnya makan di convenience store juga hha. Jadi judul hari itu adalah Aul si Korban Media.

IMG_5919

Sikhye yang di beli Nisa

Standard
How to, Korea Selatan, Travel

Bukchon Hanok Village: Menikmati Desa di Tengah Perkotaan

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menjaga budaya tradisionalnya agar tetap beriringan dengan kemajuan negaranya. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan pusat-pusat kebudayaan dan sejarah Korea pada masa lampau di tengah perkotaan. Terlebih yang membuat saya kagum adalah mereka sangat menjaga”Warisan Budaya” mereka. Bahkan menjadikan pusat kebudayaan dan sejarah sebagai alat untuk “jual” negara mereka yang kemudian mengundang turis untuk datang ke Korea Selatan. Yup, kami bertiga adalah 3 dari 132.024 wisatawan Indonesia yang akhirnya terpancing untuk pergi ke Korea Selatan.

img_5845

Bukchon Hanok Village (udah males banget buat foto karna betis nyut-nyutan)

Salah satu warisan budaya Korea Selatan yang diperkirakan sudah ada sejak Dinasti Joseon adalah Bukchon Hanok Village. Desa ini menjadi salah satu pilihan utama bagi turis yang sedang melancong di Korea Selatan. Bukchon lokasinya berada di tengah kota dan berdekatan dengan tempat-tempat bersejarah lainnya di Korea Selatan seperti Gyeongbokgung Palace, Changdeokgung Palace, dan Jongmyo Shrine. Jadi, kalian tidak butuh waktu lama untuk bisa mengunjungi tempat-tempat tersebut karena lokasinya yang berdekatan.

img_5834

Di Bukchon juga ada penyewaan baju tradisional Korea Selatan

img_5836

PR buat kami adalah, kami harus sabar karena untuk mencapai tempat-tempat tersebut harus berjalan kaki dan jalannya berbukit-bukit hhu (kecuali lu tajir, naik taksi bisa). Cobaan terberat ya saat di Bukchon, duhh jalannya berbukit-bukit banget. Betis udah bengkak-bengkak (lebay sih ini). Kaki gak usah ditanya lagi gimana merah-merahnya. Makanya pas di sini kami tidak terlalu banyak foto selfie hhu. Aku lebih banyak menikmati pemandangan di sana dan Nisa sibuk mencari rumah Henry Super Junior yang konon katanya rumahnya ada di Bukchon.

img_5855

Selama berada di Bukchon Hanok Village jangan sampai ribut yaa, karena sebenarnya itu adalah rumah-rumah yang masih ditinggali penduduknya. Kita juga tidak boleh mengambil gambar hingga ke dalam rumah atau ke area privasi pemilik rumah. Di setiap pagar rumah kalian pasti akan melihat stiker “Silent, please” hha. Berbeda dengan Gamcheon di Busan yang rumahnya dempet-dempet tanpa pagar. Di sini rumah-rumahnya lebih teratur dan dibatasi dengan pagar (kata Una sih ini emang yang tinggalin orang-orang kayaa,ya emang keliatan sih).

img_5860

Bukchcon itu luas banget. Kami sempat beberapa kali bingung kami ada di mana. Tapi jangan pernah takut nyasar karena banyak banget petugas dari Tourist Information Center yang berkeliling dan siap untuk kita tanya apapun (ya asalkan ga nanya jodohmu kapan datang ya LOL). Mereka juga membagi-bagikan peta serta guide book agar kita tau apa saja tempat menarik yang bisa kita datangi. Pernah nonton iklannya Kongbab gak? Nah itu syutingnya di Bukchon loooh wkwkw

img_5878

Salah satu dari banyak penjual aksesoris lucu di Bukchon

img_5879

Topokki/Tteokbokki terenak dan termurah! Kelihatannya dikit ya, tapi ini ngenyangin banget, parah :’))

img_5884

Ini lupa namanya apa, tapi aku sebutnya Topokki Goreng, Enaaaak banget!!!

Bukan hanya rumah-rumah tradisional saja yang ada di sana, namun juga ada berbagai macam cafe yang lucu-lucu, toko aksesoris dan baju yang dekorasinya lucu-lucu banget. Pokoknya instagram-able lah. Tapi karena aku udah cape jadi males buat foto-foto.Di sini juga banyak penjual jajanan mulai dari yang tradisional hingga yang modern. Nah, bagi kalian yang pengen banget makan Topokki, nih di sini yang termurah, harganya kalau gak salah 1.500-2000 Won. Aku sudah ke tempat-tempat lain di Korea emang di sini yang paling murah. Porsinya banyak banget, bisa buat berdua. Rasanya? Duhhh sumpah enak banget :’)) Ya Allah jadi pengen makan, tapi di Balikpapan di mana ya (eh, malah nanya). Di sana juga jual Topokki goreng gitu, aku lupa namanya apa, nah itu Nisa yang beli. Ya ampun pas cobain punya Nisa, ternyata lebih enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!

img_5894

Beberapa store lucu di jalan menuju Bukchon

img_5892

img_5871

Bagian kalau udah masuk ke gang-gangnya

img_5869

Up! Up!

Karena Bukchon sering menjadi tempat syuting reality show atau drama Korea di sini banyak banget turis yang foto-foto di spot yang pernah dihampiri idolanya. Buseeet segitunya yaa. Bahkan toko-toko yang barangnya pernah di beli sama idola mereka, mereka datengin looh dan beli produk yang sama. Demi bisa samaan dengan sang idola. Sumpah, setengah percaya sih. Tapi pada kenyataannya emang fans K-Pop atau K-Drama ya sebegitu fanatiknya kalau suka banget :”)

img_5876

Nisa cerita kalau ini pernah di singgahi Song Ji Hyo pas mereka lagi syuting We Got Married versi China. Sebelum aku foto, ini tadinya digerombolin ciwi-ciwi dari Thailand gitu buat beli stempel cutomized.

Di sana juga kami bertemu ibu-ibu turis dari Malaysia (kayaknya orang tajir deh dari dandanannya) Dia negur kita pas lagi ganas-ganasnya masukin Toppoki ke dalam mulut. Wkwkw  doi kira kita juga dari Malaysia, jadi dia negur pengen nanya jalan soalnya rada bingung sama rute Bukchon. Hahaha, sama lah bu, saya aja bingung, yang hapal jalan mah cuma Nisa dan Una. Terus ya dia sempet muju kita pas tau kita cuma bertiga tanpa guide, bilang kita masih muda udah berani pergi jauh. Udah banyak kok bu yang kayak gini, kita aja udah ngerasa tua banget baru pergi jauh sekarang.

IMG_5896.JPG

Kiehl’s Store

img_5872

Gang paling gang dari Bukchon Hanok Village

Note:

Sebelum ke sini, perbanyaklah latihan betis 🙂

Kalau kalian tipe orang yang suka kuliner atau ke cafe-cafe yang lucu-lucu gitu, Bukchon bisa menjadi pilihan.

Standard
Korea Selatan, Travel

Day 4 : I Seoul U

Maafkan diriku yang udah lama tak pernah update ya guys 😦 (padahal sbenernya gada juga yang nunggu update-an blog ini, gpp lah pura2 aja wkwk) Diriku beberapa bulan tengah diliputi kegalauan jadi mood buat nulis ilang seilang-ilangnya hha. Tapi sekarang alhamdulillah udah nggak kok. InsyaAllah aku takkan mager lagi. Janji! Demi 2017 yang lebih baik LOL

 

Nah, setelah perjalanan di hari ketiga (baca di sini) yang menghantarkan kami dari Busan ke Seoul dan hari ketiga ditutup dengan masakan mama Jieun yang super enak (sumpah gw ga lebay, enak banget, bahkan telor dadarnya terasa enaaaaak banget, ya Allah semoga gada campuran minyak babi nya wkwk).

img_20160520_055408

Ini kompleks apartemennya Jieun. Tuh, setiap gedung dikasih nomor biar ga ketuker :p

Keesokannya kami bangun pagi alhamdulillah, gak ada lagi tuh kayak di Busan. Soalnya kita ga enak kalau sampe bangun kesiangan sama Jieun karena dia ada kuliah pagi. Bangun tidur akhirnya kami mandi. Brrr, sumpaaah disana malem sama paginya dingin banget. Dinginnya ber-angin gitu :’)) Pokoknya menggoda kita banget buat tidur lagi, tapi karena numpang jadi tau diri dikitlah yaa wkwkw. Mamanya Jieun maksa kita buat sarapan pagi, tapi karena kita juga buru-buru buat pergi, akhirnya kami tolak (padahal lapaaaaaaaar bok). Kami janji bertemu dengan Uli di Seoul National University (SNU). Ohya Uli ini adalah adik tingkat kami di UI yang sedang mengikuti exchange student.

Enaknya di Seoul kami tidak akan pernah kelaparan selama punya duit (Yaeyalaaah), karena dimana-mana ada convenience store. Selama di sana kami sarapannya selalu Banana Uyu/Hershey’s dan Samgak-gimbab (Onigiri versi Korea). Sumpah ini enak banget dan bikin kenyang BANGET! kita bisa kuat jalan dan ga ngerasa laper sampe seharian loh! Aku yang punya maag akut ga pernah maag kambuh sedikitpun selama di sana. Nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan? Wkwkw. Selain itu harga ketiga produk ini di convenience store murah juga wkwkw. Apalagi Hershey’s sering banget diskon beli 2 gratis 1 hhe, pas kan buat kita bertiga (Aku, Una, Nisa). Ohya buat muslim samgak gimbabnya pilih yang isian Ikan Tuna ya, hati-hati untuk yang isian daging lain soalnya beresiko itu isinya Babi. Bagi yang non muslim sih Korea emang surganya untuk icip-icip babay dan minum soju apalagi soju di Korea harganya murah cuma 2000an Won hha.

Terus ul, siang dan malamnya makan apa? Yaa makan ramen instan yang kemasan cup :p Ini juga kami selalu menghindari rasa daging-dagingan. Lebih prefer pilih yang seafood atau hanya sayuran buat jaga-jaga ada campuran daging babinya. Ohya, ajaibnya selama 10 hari aku di sana dengan asupan makanan yang di bawah standart, kayak sering makan mie sama sekali ga buat maag ku kambuh loooooh. Padahal kalau di Indo jangan tanya deh, telat makan dikit aja kambuh, makan mie instan dikit aja kambuh lagi 😦 Itulah the power of traveling ! Yeay!

Jika ingin ke SNU caranya pertama naik subway dulu Seonbawi Station (Stasiun terdekat dari rumah Jieun) – transit in Sadang Station (blue line) – Seoul Nat’l Univ (green line). Nah keluar stasiun lanjut naik bus No. 6515/5515/501 (terserah pilih yang mana datang duluan)

Nah, akhirnya kami sampai ditempat tujuan, yup SNU dan tentunya dengan keliling2 dulu dong cari rute kalau mau ke SNU ke halte mana :’) bukan aku sih yang nyari, lebih tepatnya Una dan Nisa huakaka. Sesampainya di kampus yang katanya idaman Una, akhirnya kita nungguin Uli terus Una foto-foto. Aku sibuk cari wifi buat update location di path tapi ga nemu. Wkwkwk. Kasian emang. SNU sekilas kalau kami liat dari luar sih model-modelnya kayak UI gitu. Jadi kayak kompleks luas gitu terus gedung masing-masing fakultas misah-misah gitu. Di sana juga ada bus yang bakalan ngelawatin semua fakultas yaa kalau di UI kan ada Bikun (Bis Kuning). Sebenarnya kami ingin menaiki bus tersebut sambil keliling SNU tapi takut kalau nantinya saat menaiki bus tersebut diwajibkan memiliki kartu mahasiswa yang harus di tap. Hahaha. Malu kan kalau tiba-tiba kita masuk terus keluar lagi karna gapunya kartu. Walaupun aku yakin gak akan yang peduli sih sebenernya soalnya masing-masing udah sibuk dengan headset dan handphone masing-masing. Setelah puas foto-foto di depan dan Uli pun datang, akhirnya kami memutuskan untuk lanjut ke Seoul City Hall. Nah cara ke Seoul City Hall ini kalau dari SNU adalah ke SNU station lalu turun di City Hall Station (Seoul Subway Line 1, 2), Exit 5.

img_5641

Daerah Seoul City Hall

img_5642

Yes! you can see N Seoul Tower dari kejauhan :))

IMG_5648.JPG

Emang di Seoul City Hall ada apa? Sebenernya di sini kayak daerah yang dikelilingi sama gedung-gedung tinggi nan modern mayoritas kayak gedung-gedung pemerintahan pusat gitu, ya kalau di Jakarta ini mirip daerah Merdeka lah ya. Kalau di Balikpapan ini mirip-mirip lah sama Klandasan :p Kami di Seoul City Hall juga sempat mampir kayak ke Tourism Centernya, disitu buaaaaanyak banget informasi dan brosur-brosur mengenai wisata di Korea Selatan, Seoul khususnya. Di situ juga ada museum yang menggambarkan sedikit mengenai Korea Selatan. Ohya sesampainya di City Hall juga aku baru tau ternyata di Korea juga ada demo loh, tapi bukan demo yang rusuh. Aku juga lihat demo saat jalan ke area Myeongdong. Nah keluar dari stasiun City Hall kami lihat ada tenda hitam gitu dan dinding-dinding tendanya penuh baliho dengan tulisan tuntutan mereka. Kalau dilihat sih mereka lagi menuntut pertanggungjawaban dari Hyundai yang mana salah satu pekerjanya ada yang meninggal. See? Negara maju sekalipun gak akan pernah lepas dari permasalahan sosial yaaa, nanti aku bakalan post deh masalah-masalah sosial di Korea yang mirip kayak di Indo hha.  Jadi, jangan pernah ngerasa karena di Indonesia banyak masalah ini dan itu terus jadi ngerasa negara ini adalah negara bobrok se-dunia. Makanya jangan cuma bisa ngeluh aja, buat perubahan juga dong… (elaah ul ngomong lu)

img_5633

Maafkan hayati ya, fotonya ga fokus

img_5636

Setelah dari City Hall kami jalan kaki ke Gwanghwamun Gate dengan berjalan kaki. Lumayan deket kok, “deket versi Korea Selatan yaa” Wkwkw. Gwanghwamun Gate ditandai dengan adanya patung besar King Sejong. Saat itu lumayan ramai, lagi-lagi banyak anak sekolah yang lagi dharma wisata. Kalau diperhatikan emang sekolah-sekolah di Korea Selatan kayaknya memang rajin untuk mengenalkan kepada anak-anak mudanya mengenai sejarah dan tempat wisata di Korea Selatan. Soalnya kalau aku pergi kayak ke Museum, Kuil, atau monumen bersejarah gitu pasti banyaaaak banget anak sekolahan dengan didampingi gurunya yang menjelaskan satu-satu mengenai apa yang ada di sana. Sebenernya kalau ngerti Bahasa Korea lumayan banget sih jadi berasa ada guide gratis hhi. Betenya kalau banyak anak sekolahan yang lagi darmawisata pas kita lagi berkunjung adalah mereka ribut banget :’)) Selain itu mereka juga bakalan berkeliaran gitu. Jadinya tempat yang seharusnya photoable jadi kayak pasar 😥

img_5683

Dedek Dedek Emeeeeeesh yang membuatku sulit mendapatkan foto selfie berdua bersama King Sejong 😦

img_5684

Yang sabar ya mbak, I feel you kok :’))

Tips nih buat kalian yang pengen menghindari siswa darmawisata adalah jika kalian akan ke museum, kuil dan tempat budaya/bersejarah lainnya yang ada di Korea Selatan sebaiknya datang pada pagi hari pukul 07-09 pagi dan sore pukul 04-06 sore. Dijamin ga akan terlalu ramai atau bahkan gak ada sama sekali gerombolan anak sekolah. Di sepanjang Gwanghwamun Gate juga banyak stand-stand yang berdiri. Aku tidak ingat ada stand apa saja, namun yang paling aku ingat adalah stand yang mengenang Tenggelamnya MV Sewol, yaitu kapal ferry Korea Selatan yang saat itu sedang mangangkut kurang lebih 476 penumpang yang sebagian besar merupakan siswa sekolah yang akan berdarmawisata dari Incheon ke Jeju. Beberapa penumpang selamat namun banyak juga yang akhirnya tidak sempat untuk diselamatkan bahkan belum ditemukan jasadnya. Kecelakaan ini bahkan membuat PM Korsel mengundurkan diri loh. Hmm…

Ohya, di samping Gwanghwamun Gate juga kalian akan melihat Kedutaan AS yang lumayan besar dan sangat dijaga ketat. Ya seperti di Jakarta lah ya yang berapa meter udah ada polisi kedubes yang jagain. Apalagi Korsel sama AS sohiban banget makanya AS kayak dapet tempat yang istimewa gitu deket Gwanghwamun Gate dimana merupakan daerah sentral Seoul. Next setelah dari Gwanghwamun Gate akhirnya kami lanjut ke Gyeongbokgung Palace yang juga tidak jauh dari tempat tersebut.

img_5716

Dengan kekuatan hengpong jadul cekrek cekrek :p

img_5714

Di Korea btw banyak banget yang pake baju kembaran hhi

img_5717

Sama seperti tempat-tempat sebelumnya, Gyeongbokgung juga tidak kalah ramainya bahkan berkali-kali lipat. Wkwk  biasanya aku cuma liat bangunan model Gyeongbokgung gini di drama dan akhirnya sekarang di depan mata. Masuk Gyeongbokgung dikenakan tarif 3000 Won ya lumayan laah, soalnya kompleks palace ini lumayan luas dan photoable wkwkw. Aku juga sempat liat kereta (eh apa sih nyebutnya? Kereta? Pokoknya Kereta jaman dulu di Korea deh) yang waktu itu jadi tempat syuting triplet. Hihi kebetulan disitu lagi ada 3 anak kecil cewe. Hihi mereka mirip banget kayak triplet versi cewe!

 

IMG_5791.JPG

Hihi adeknya sempet bengong liat kita kelompok hijabers dateng wkwk

img_5788

Triplet Effect

Di dalam Gyeongbokgung Palace juga ada bagian yang memperlihatkan perkampungan kuno di masa kerajaan Korea. Hmm, emang keliatan sih Korea majunya pesat banget kalau dibandingkan dulu dan sekarang. Ya dulu mereka juga rumah warganya kayak dari gubuk-gubuk gitu.

img_5809

Kalau ini kondisi perkampungan di tahun 1980an, berasa kayak nonton drama korea Reply 1988 (ya gak? Sok tau sih eyke padahal belum pernah nonton :p )

Ohya, tujuan selanjutnya kami ke beberapa tempat lagi akan aku ceritakan terpisah yaaa…

Standard
Korea Selatan, Life, Travel

Hati-Hati dalam Berprasangka, Hati-Hati jika Nantinya Berujung Cinta :p

Prasangka Sebelumnya …

IMG_5421

Gamcheon Culture Village

Aku memang bukan pecinta Kpop, suka beberapa drama Korea tapi jarang hapal pemain atau judul-judulnya kecuali Full House dan Boys Before Flower :’). Keinginan untuk ke Korea memang didasari keinginan untuk traveling ke tempat yang jauh dan yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Hal tesebut kemudian di dukung oleh tiket mureee ke Korea. Aku dan Una bener-bener random langsung beli hari itu juga wkwk

Aku juga tidak pernah berekspektasi bisa melihat keramahan orang-orang di sana. Aku sudah kenyang liat anak BIPA UI! Wkwk pikirku saat itu. (apa itu BIPA? cek di sini) Yap, aku sebenernya punya trauma tersendiri terhadap orang Korea :p Dulu aku dan teman-teman sekelompok salah satu mata kuliah penelitian di UI mengambil topik mengenai BIPA yang sebenarnya didominasi oleh mahasiswa dari Korea Selatan. Awalnya seneng. Wah lumayan akhirnya penelitian ini bisa jadi cara buat lebih kenal mereka. Tapi saat aku melakukan penelitian ke lapangan, hmm beberapa kali kami mendapatkan penolakan dan perlakuan yang tidak mengenakkan dari beberapa orang. Syumpaaah. Beberapa ada yang rese’ banget, ada juga yang jutek, atau pura-pura gak ngeliat dan ngedenger kita wkwkw. Bahkan ada nih yang aku wawancarain, hmm emang sih mukanya rada cakep. Cakep banget malah, kayak Lee Min Ho, tapi ternyata juteknya sama banget kayak karakter Gu Jun Pyo yang harus diperankan Lee Min Ho di drama BBF 😦 Aku waktu itu nanya untuk penelitian, “Pengen gak kenalan dan kemudian menjalin hubungan pertemanan dengan orang Indonesia?” Aku yang saat itu masih terkagum-kagum sama wajahnya langsung mau muntah denger jawabannya wkwk. Dia ngejawab kayak gak ada dosa, “Menurutku gak penting sih, toh aku juga nantinya akan kembali ke Korea dan bekerja di sana sehingga aku lebih memilih berteman dengan sesama orang Korea. Jadi gak akan ada gunanya jika aku menjalin pertemanan di sini.” What! Lahhh, terus lu ngapain belajar bahasa Indonesia di sini? Kocak. Dia kok jujur banget… pernah juga nih, baru aja kita mau ngasih kuesioner (saat itu kita megang banyak banget kuesioner) karena udah gak sabaran,  eh tiba-tiba kuesioner kita diambil dengan kasar 😦 jadi kesannya kayak “Duh, lu buruan kek!”

Rata-rata mahasiswa Korea yang belajar di BIPA juga kalau jalan selalu bergerombol. Bener-bener kayak ngebuat benteng dengan orang lokal. Beberapa kali kami juga akhirnya jadi malu-malu saat akan mendekati mereka untuk memberikan kuesioner saat melihat jumlah mereka jauh lebih besar dari kami (duh, emangnya mau berantem, ul?) pokoknya mereka grouping parah deh, sibuk sama dunia mereka sendiri wkwk. Dan ternyata tau dari Jieun, katanya kalau rata-rata orang Korea emang gitu.

Nah ini timpang banget pas kita mau wawancara mahasiswa BIPA dari Jepang. Mahasiswa Jepang rata-rata kalau jalan ya sendiri-sendiri jadi enak buat kami keroyokin untuk ngisi kuesioner hha.  Mahasiswa Jepang rata-rata pada adem-adem banget. Mereka kalau kita tegor ngebungkukin badan mulu wkwk. Bahkan beberapa dari mereka masih berhubungan baik dengan kami sampai saat ini meskipun udah di negaranya masing-masing. Mereka juga bahasa Indonesia nya rata-rata udah bagus. Terus kalau ngomong lembut dan pelan-pelan banget hha. Nah, mungkin karena kami ngeliat perbedaan yang timpang ini makanya kami jadi membanding-bandingkan kedua negara yang bertetangga tersebut. Daaan akhirnya penilaian mengenai orang Korea dan orang Jepang hanya sebatas dari mahasiswa BIPA ini. Jadi, semenjak saat itu aku gak begitu suka orang Korea nih. Yaudah kalau kenalan sekedar kenalan aja, gak pernah berharap akan bisa berteman dengan mereka. Ohya, tapi aku punya pengecualian untuk dua orang temanku yang juga dari Korea, dia menurutku memang berbeda dengan anak-anak BIPA, dia lebih suka berbaur dengan mahasiswa Indonesia. Tapi emang dasarnya dia program exchange sih jadi rada beda.

Setelah sampai di Korea …

Nah, pas di sana aku benar-benar gak ada expect mereka bakalan ramah. Hmm, di Indonesia aja kelakuan mereka udah begitu apalagi kalau aku yang cuma seupil ini ada di negara mereka. Pasti cuek parah sih atau bisa aja aku dijutekin. Menurutku mungkin mereka sama saja seperti orang yang aku wawancarai di UI waktu itu, yang gak akan mau berhubungan dengan kami karena tidak ada gunanya. Hahah! Pokoknya dulu aku prasangkanya udah buruk banget deh. Haha!

Tapi kenyataannya gak, aku bertubi-tubi mendapatkan perlakuan yang jaaaaauuuuuuuuuuuuh sangat baik dari apa yang aku prasangkakan selama ini. Mereka ternyata sangat ramah dan penolong. Beberapa kali kebingungan arah saat bertanya kepada mereka, mereka selalu menjawab dengan sopan dan mencoba membantu semaksimal mungkin. Bahkan beberapa kali saat mereka melihat kami bingung tanpa kami tanya pun mereka menghampiri kami dan menunjukkan arah jalan dengan bahasa Inggris mereka yang terbata-bata atau bahkan dengan bahasa Korea yang masih bisa dimengerti sedikit oleh Una dan Nisa. Kami saat itu hanya bisa mengucapkan Kamsahamnida berkali-kali.

Pernah juga saat kami baru sampai di Seoul Express Bus Terminal, kami kebingungan dengan jalur subway Seoul yang ribet banget akhirnya aku bertanya dengan seorang yang sepertinya masih seumuran dengan kami. Aku bertanya jalur berapa jika kami ingin ke Seonbawi? Dia saat itu dengan ramah menjelaskan ke mana kami harus pergi. Selesai menjelaskan, akhirnya kami berpisah karena memang berbeda arah. Setelah jauh kami jalan sesuai dengan apa yang ia jelaskan, tiba-tiba dengan nafas terengah-engah ada seseorang yang menghampiri kami. Ternyata orang itu adalah orang yang tadi kami tanyai arah. Dia meminta maaf kepada kami karena telah menunjukkan arah yang salah. Sebelumnya dia mengatakan kami harus ke jalur 9, namun ia akhirnya baru tersadar saat telah jauh berpisah dengan kami sehingga ia kembali lagi dan mengejar kami demi memberitahu bahwa jalur yang benar adalah jalur 7 bukan jalur 9. Huuuu, kami terharu banget dia mau jauh-jauh mengejar kami dan memberitahukan jalur yang benar. Saat itu kedaan stasiun subway sangat ramai, semua orang terlihat terburu-buru karena memang sedang rush hour. Kami yakin ia juga sudah berjalan sangat jauh namun tetap mau bela-belain mengejar kami untuk meralat apa yang ia infokan sebelumnya. Padahal kalau dia cuek dia sebenernya bisa aja jalan terus. Hha

Oke, di hari pertama di Seoul saja kami udah ditolong. Pada hari-hari berikutnya banyak banget yang menolong kami, menyapa kami, tidak ada sombong sama sekali seperti apa yang aku prasangkakan selama ini. Aku berkali-kali mengalami eror pada T-Money ku yang menyebabkan aku tidak bisa keluar. Sempat kebingungan saat itu (di subway jarang banget ada satpam. Bahkan aku gak pernah liat, mungkin karena udah aman kali ya. Beda dengan di stasiun KRL di Jakarta) kemudian seorang ibu-ibu menunjukkan cara agar aku bisa keluar meskipun T-Money ku eror, tanpa harus membeli T-Money baru lagi! Hal ini tidak hanya terjadi 1 2 kali aja loh, sering juga ditolongin bapak-bapak saat T-Money ku eror lagi dan aku panik wkwk. Jadi kalau T-Money kalian juga eror, pencet aja tombol merah yang ada di pojokan, nanti pagar kecil (semacam pintu darurat) yang awalnya terkunci akan terbuka, sehingga kita bisa keluar tanpa tap card. Coba apa jadinya kalau ada pintu seperti itu di KRL Jakarta terus gak ada satpam yang jaga. Hmm! Pernah juga saat akan masuk ke apartemen Jieun, karena kami tidak memiliki key card buat buka pintu lobby, seseorang yang melihat kami sedang kebingungan di luar mengeluarkan key cardnya dan men-tap card tersebut sehingga kami bisa masuk ke lobby.

Aku juga pernah tiba-tiba disamperin ibu-ibu pas lagi duduk sendirian dan aku dikasih lucky clove :3 huaaa so sweet banget deh orang-orang Korea ini. Pernah juga seorang anak kecil menghampiri kami setelah dibisiki oleh ayahnya dan mengatakan “Welcome to Korea”. Huaaaaa, pengen banget nyubit pipi nya uwuuuw! Ohya selama di Korea kami seringkali di kira dari India. Lah India dari mananyee. Kayaknya mereka mikir kalau dari Asia selain China dan Arab ya India wkwk. Atau mungkin perkiraan yang sedikit dekat adalah mereka mengira kami dari Malaysia. Yaa, lumayan mirip lah. Pernah juga seorang ibu-ibu yang melihatku asing di dalam subway menanyakan dari mana aku berasal, saat aku jawab dari Indonesia dia bilang dia suka dengan keindahan pantai Indonesia. Terus bertanya tentang jilbabku, panas gak pake jilbab?, dan juga tentang Islam. Pada saat ia mau turun dia juga bilang bahasa inggris ku bagus. Lah bagus dari mane, amburegul bahreway bahrewey gini buk -_-

Nah pada puncaknya aku ditolong pas hari terakhir di Seoul. Saat itu aku lumayan keberatan ngangkat-ngangkat koper. Belum lagi kami harus terburu-buru menuju bandara. Turun dari bus dan saat akan menyambung subway, tiba-tiba koperku diangkatin oleh seorang bapak-bapak. Agak kaget juga, soalnya tuh bapak-bapak mendadak banget langsung ngangkatin koperku. Kya kyaaaa akhirnya aku gak perlu naik turun tangga nenteng-nenteng koper.

Ternyata apa yang aku sangkakan selama ini tidaklah benar. Mungkin ini tujuan Allah memberikanku kesempatan untuk bisa menjelajahi Korea Selatan, agar aku sadar bahwa di Korea masih banyak orang-orang baik. Tidak seperti apa yang aku prasangka kan selama ini. Seseorang di Backpacker Dunia pernah berkata bahwa sebenarnya di dunia ini dipenuhi oleh orang-orang baik, sedangkan orang-orang jahat hanya nyempil-nyempil diantaranya. Aku akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa saat kita diperlakukan tidak baik oleh suatu kaum belum tentu seluruh kaum tersebut tidak baik. Bisa saja yang memperlakukan kita dengan tidak baik tersebut hanyalah oknum-oknum yang sedang mencari perhatian :p. Thankyou Korea, ahh aku benar-benar jatuh cinta dengan kebaikan orang-orang Korea 😀

Ohya kebaikan orang-orang di atas belum termasuk dengan kebaikan dari Jieun dan keluarga nya yang mau menampung kami selama di Seoul. Aku tahu Jieun selama ini jika tidak ada kelas pagi pasti bangun siang. Namun, saat kami ada di sana ia selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk kami :’) Saat kami pulang malam pun meskipun kami sudah makan kami masih diberikan cemilan-cemilan kecil. Ibu Jieun yang meskipun tak bisa berbahasa Indonesia dan Inggris selalu tersenyum pada kami. Bahkan membantu mencucikan baju kami 😦 uhhh, aku benar-benar tidak enak saat itu. Saat kami pulang jalan, tiba-tiba baju kotor kami yang ada di keranjang udah bersih dan wangi 😦 padahal selama di Indonesia aku merasa belum melakukan apa-apa untuk Jieun :’)

Ohya, di sana kami juga punya adik kelas di UI yang sedang student exchange di Korea. Dia juga baiknya minta ampun. Mau nemenin kita halan-halan ditengah kesibukan kuliah dan internship nya. Bahkan kami beberapa kali dibelikan Kimbab hha. Dasar, kakak kelas tak berguna! Seharusnya kami yang meneraktir dia yaaa sebagai anak kuliahan dan anak kosan. Wkwkw maafkan kakak-kakakmu yang kere ini ya >.<

Terima Kasih ya Allah, kau ciptakan kami semua bersaudara sesama manusia. Terima kasih telah menamkan rasa cinta dan kasih pada hati-hati kami 🙂

Hal ini kemudian yang menjadikanku semakin menyukai traveling ke tempat-tempat yang sama sekali asing bagiku. Ahhh, terima kasih Korea!

IMG_5664

Gwanghwamun Square

Happy Traveling!

Nur Aulia

Instagram : @nuraulia25

Twitter : @nurauliaaa

Facebook: Nur Aulia

Standard
How to, Korea Selatan, Travel

Day 3 : Hello Seoul!

Malam sebelumnya kami merencanakan untuk bangun subuh yaitu pukul 04.30 dan pergi untuk melihat sunrise di Haeundae Beach. Namun, aku ternyata baru bisa tertidur pukul 02.00 malam, sedangkan teman-temanku tidur lebih awal dariku. Kemudian keesokan harinya, engingeng!! Kami kesiangan! Hahaha

Sebenernya gak kesiangan sih, kami gak tahu kalau ternyata matahari di Korea saat itu mulai terbit sekitar jam 4. Jadi saat kami bangun jam 5 udah terang banget. Padahal kami pengen banget tuh ngeliat sunrise di Haeundae Beach :(. Tapi tiba-tiba salah satu temanku nyeletuk, “Halah! Di Indonesia juga sunrise nya gak kalah bagus.” Hmm, ya juga sih wkwk. Akhirnya kami siap-siap packing karena hari ini kami akan ke Seoul! Waktu yang mepet banget (kami akan ke Soul jam 2, jadi setidaknya jam 12 kami sudah ada di terminal bus) kami akhirnya memutuskan hanya ke dua tempat saja dari 3 tempat yang sebenarnya ada dalam itinerary kami. Jadi kami dengan terpaksa hari itu harus memendam keinginan kami ke Taejongdae yang berada di daerah Nampo. Jadi Taejongdae ini merupakan daerah paling selatan dari Yongdo Island. Dari sana kita bisa lihat salah satu pulau di Jepang yaitu Tsushima. Hmm, oke move on dari Taejongdae :”)

Selesai sarapan, kami pergi dan berjanji kepada Hyojin akan kembali lagi jam 12 untuk check out. Kami pagi itu berencana ke Haedong Yonggusa Temple dengan menggunakan bus, karena metro tidak ada yang ke arah sana. Jika dari penginapan kami, pergilah ke halte bus yang berada dekat dengan Haeundae Station exit 7. Lalu naik bus nomor 181. Kayaknya semua supir bus tahu kalau ada orang asing yang naik bus nomor 181 pasti akan ke Yonggusa Temple. Soalnya kami sempat naik bus yang salah arah! Wkwk. Jadi ceritanya kami naik bus yang ke arah atas. Pokoknya di seberang exit 7. Pas naik ke bus dan udah ngetap T-Money pokoknya supir sepanjang jalan ngomel. Awalnya kami kira dia ngomel sendiri dan nggak ngomong ke kita. Namun, akhirnya kami ngerasa juga wkwk. Pada akhirnya kami baru sadar dari bahasa kalbu kalau ternyata kami salah arah hha. Kalau mau ke Yonggusa harus ke arah sebaliknya. Hmm akhirnya kami turun dan naik bus arah sebaliknya. Yonggusa ternyata lumayan jauh. Aku sampe mau ketiduran di bus saking tidurku semalem ga berkualitas sama sekali. Hmm

Setelah 40-50 menit kuhabiskan di bus akhirnya aku mulai turun di Yonggusa Temple. Pas turun di halte akhirnya kami sempet bingung, namun ada seorang mas-mas yang memberi tahu kami kemana kami harus berjalan. Yap, jadi kalau turun di bus langsung jalan ke arah kanan ya. Ntar akan keliatan plang gede bertuliskan Yonggusa Temple. Nah, ntar kalian akan liat resto seafood gitu. Nanti belok kiri dan jalan terus. Jadi Yonggusa Temple agak masuk ke dalam. Kami pagi itu disuguhkan udara yang dingin, suasana yang sepi banget! Kami sampe beberapa kali bergumam,”Ini beneran tempat wisata gak ya? Beneran ini jalannya gak ya?” kontur jalanannya gak usah ditanya, berbukit-bukit hhu. Meskipun gak separah yang di Gamcheon tapi karena masih efek-efek kemaren jadinya kayak jauuuuh bangett, terus pegel banget. Sepanjang jalan ngedumel mulu, “Doh, mana nih temple nya?”

Di kejauhan akhirnya kami mulai melihat stand-stand penjual makanan yang masih mempersiapkan dagangan mereka. Setelah jalan lumayan jauh akhirnya kami menemukan tanda-tanda kehidupan! Yeay

IMG_5593

IMG_5586

Jejeran Patung Shio yang menyambut kedatangan kami

IMG_5588

Nyanyi-nyanyian pujian terhadap dewa mulai terdengar di telinga kami. Awalnya ku kira itu memang lagu yang dinyanyikan oleh pendeta. Namun, lama akhirnya aku sadar kalau itu CUMA REKAMAN! Hhe. Saat aku dan teman-temanku tiba disana belum ada terlihat banyak orang. Hanya terlihat beberapa pedagang yang tengah sibuk menyiapkan dagangannya. Belum sampai kami di wilayah kuil kami sudah disambut jejeran patung-patung shio. Di beberapa patung aku mulai melihat ada beberapa orang tua yang sepertinya sedang melakukan wisata religi. Aku melihat mereka memasukkan beberaoa koin di salah satu patung. Setelah puas mengambil foto patung-patung shio tersebut a kami masuk lebih dalam ke kompleks kuil. di depan pintu gerbang kami juga disambut berbagai macam patung-patung dewa dalam agama Budha.

IMG_5597

Budha of Granting a Son

IMG_5604

Praying

Akhirnya masuk ke dalam kompleks kuil, aku mulai terpukau dengan kuil tersebut. Huaaa, akhirnya bisa kesini setelah sekian lama cuma liat di Vlog. Bangunannya memang persis seperti apa yang aku liat di foto-foto dan vlog. Kuil yang menjorok ke laut itu mengingatkanku dengan Pura Segara Giri Dharma Kencana  yang ada di Pulau Menjangan. Sayang, saat itu tidak ada deburan ombak. Hanya air tenang yang kulihat. Tak ada ombak yang memecah bebatuan hingga menyiprat ke kuil. Agak dingin memang, namun pemandangan pagi itu sudah terasa sangat sempurna. Sampai akhirnyaaaaa…. Rombongan anak SMP yang lagi darmawisata datang! Huftt. Mereka rame banget. Datang begerombol kayak ketan. Kalau udah ngomong ributnya naudzubillah. Wkwkw. Tapi emang pada dasarnya kalau orang korea ngomong rada keras sih ya. Kayak ngajak ribut. Wkwk!

IMG_5609

Karena keburu bete sama kedatangan anak SMP yang begerombol kayak ngajak berantem, akhirnya kami buru-buru untuk mengitari semua bagian kuil. Ternyata semua pengunjung dibebaskan hingga masuk ke dalam loh meskipun kita bukan penganut Budha. Bahkan kami bisa naik hingga ke bagian atas. Selesai melihat lihat akhirnya kami memutuskan untuk pulang takut ntar gak punya waktu untuk mengelilingi Haeundae. Aku sudah kepalang lemas membayangkan rute pulang seperti tadi lagi. Huhu. Ohya kami bersyukur banget pergi pagi-pagi ke Yonggusa, karena masih sepi. Jadi bagi kalian yang berencana ke sana usahakan pagi-pagi ya, soalnya kalo rame susah foto-foto syantiknya cyiiin wkwk!

Selesai dari Yonggusa kami memutuskan untuk mengelilingi Haeundae! Yap, akhirnya bisa ke sana lagi. Kira-kira manusia pasir yang kami lihat kemarin udah ada yang jadi belum ya? Dari hostel, kami harus berjalan lagi sekitar 3-5 menit. Aku sangat buruk dalam hal mengingat jalan. Meskipun sebelumnya kami telah melewati jalan tersebut mungkin kalau aku di suruh untuk jalan lagi sendiri ke Pantai Haeundae aku akan tersesat hhe. Sampai di sana, sekitar jam 10.30 atau 11.00 ya aku lupa. angin pantai pagi itu sangat dingin padahal matahari cukup terik. Tiba di pantai aku kembali melepas alas kaki seperti di Gwanggalli Beach semalam. Brrr, pasirnya masih dingin.

IMG_5614

Salah satu patung pasir yang belum jadi

IMG_5613IMG_5611

Beberapa pekerja tengah sibuk membuat patung pasir. Beberapa diantara patung ada yang terlihat sebentar lagi akan jadi. Hmm, sayang hari ini kami sudah harus meninggalkan Busan dan tak sempat melihat rupa patung-patung pasir ini. >.<

Akhirnya kami balik ke Hostel, perpisahan dengan Hyojin yang sangat ramah. Una memberikannya 2 bungkus Indomie Goreng. Dia sepertinya sangat suka kami kasih mie goreng. Hmm, siapa yang bisa menolak kenikmatan dari mie goreng wkwk. Terus, gimana caranya dari Hostel ke Terminal Bus?

IMG_5621

Caranya adalah dari Heundae kita ke Stasiun Nopo. Nah disana langsung kalian akan nemuin Bus Express Terminal. Kalau kalian lapar, ada banyak tempat makan di sini, aku dan Una sempat makan Kimbab di terminal seharga 3300 won, sedangkan Nisa memesan Bibimbab seharga 6500 won. Sebenarnya kami masuk rumah makan ini bener-bener random dan udah kepalang laper. Saat melihat buku menu nya kami sedikit kaget sih kalau mereka juga ternyata menyediakan menu dengan campuran pork. Meskipun kami tidak memesan itu tapi kami khawatir kalau alat masak yang digunakan sama. Gak mungkin dong kita kabur :’) jadi akhirnya kami mengucapkan basmallah sebanyak-banyaknya sebelum makan dan dalam hati terus beristigfar semoga gak ada kandungan babay nyaaa >.< Ohya, hampir setiap rumah makan di Korea menyediakan minum (hangat atau dingin) secara gratis. Jadi bagi kalian yang ingin berhemat gak perlu memesan minuman :).

Bus menuju Seoul seingatku hanya ada 2. Kami waktu itu naik bus Express dengan harga 23000 Won dengan jam keberangkatan pukul 14.30, estimasi perjalanan 4 jam tapi akan berhenti di beberapa tempat pemberhentian. Itu merupakan bus paling murah untuk tujuan Seoul. Untuk bus Executive harganya sekitar 32000 dengan jam keberangkatan pukul 13.00 dengan estimasi perjalanan 4 jam juga tapi tidak ada stop sama sekali, kelebihan lain dari bus Executive adalah banyaknya pilihan jam. Menurutku bus yang kami tumpangi cukup nyaman, tempat duduknya lumayan lapang, jadi kaki bisa sedikit diselonjorkan. Terdapat tv di dalam bus tapi bahasa Korea! Wkwk, karna aku gak ngerti jadi enaknya tidur ajah!

IMG_5628

Perjalanan Busan-Seoul akan disuguhkan bukit-bukit di kanan kiri. Ya 11:12 lah sama pemandangan Balikpapan-Samarinda. Kalau musim semi atau gugur bukitnya warna-warni loooh >.<

Seharusnya kami sampai di Seoul pukul 19.00 namun karena macet jadi kami bus terlambat 1 jam untuk sampai di Seoul Express Terminal Bus. Padahal hari itu kami sudah janji untuk bertemu dengan Jieun pukul 20.00 di terminal Seonbawi. Karena aku hanya mengandalkan wifi akhirnya aku belum bisa mengabarkan kepada Jieun prihal keterlambatan kami. Sebenearnya sudah jam 7 malem tapi Seoul saat itu masih terang benderang. Keliatannya saat itu adalah rush hour jadi saat akan memasuki terminal macet banget. Tapi masih parahan macetnya Jakarta sih hhe.

DSC_0320[1]

Express Bus Terminal

DSC_0324[1]

DSC_0325[1]

Masing-masing orang sibuk dengan gadgetnya. Orang Korea juga seneng banget menyumbat telinga mereka dengan headset/earphone

Akhirnya sampailah kami di Bus terminal jam setengah 8, kayaknya kita bener-bener bakalan terlambat. Dari terminal Bus sampai ke Seonbawi butuh waktu kira-kira 30 menit. Aku mencoba mencari spot hotspot dan akhirnya ketemu! Setelah mengabari Jiuen akhirnya kami mencari jalur ke Seonbawi. Karena pertama kali, kami sempat kebingungan karena jalur subway di Seoul lebih banyak jika dibandingkan dengan Busan. Kami saat itu sudah sangat lelah, apalagi harus naik turun tangga. Dari Bus Express Terminal seharusnya kami ke arah Isu line 7, nanti turun di Isu dan pindah ke line 4, nah selanjutnya turun deh di Seonbawi. Gampang memang kalau udah tau tapi kalau baru pasti bingung wkwk.

Sampai di Seonbawi akhirnya aku bertemu Jieun!! Kyaaa, udah 5 bulan gak ketemu dia. Akhirnya bisa bertemu lagi, langsung di Korea Selatan! Yeay. Jieun benar-benar belum berubah, ia masih murah senyum seperti dulu hha. Sambil jalan menuju rumahnya kami saling bertukar cerita. Bahasa Indonesianya masih lancar meskipun ada beberapa kata yang ia lupa. Keluar dari stasiun, brr dingin mulai menyergap. Haha. Ternyata dari Seonbawi ke apartemennya tidaklah jauh, kami hanya naik bus dan melewati antar 2 atau 3 halte, aku lupa. Ohya, bagi kalian yang baru saja naik subway dan akan melanjutkan perjalanan dengan bus, nanti saat akan tap T-Money ke bus tidak akan dikenakan charge selama memang masih dalam jangka 30 menit dihitung dari kalian tap keluar subway. Jadi usahakan manfaatkan waktu semaksimal mungkin hhi. Kalau di bus Seoul, sama seperti di Subway masuk dan keluar kita harus tap T-Money yaaa. Berbeda dengan bus di Busan yang cukup tap saat masuk saja, kecuali jika kalian akan transfer maka harus tap saat keluar 🙂

Sampai di rumah Jieun kami sudah disambut oleh ibunya. Jieun punya adik cowok yang juga masih kuliah, namun saat kami baru sampai di Apartemen, ia belum pulang dari kampus. Ibu Jieun sangat ramah sama seperti Jieun. Ia memasakkan makan malam untuk kami. Huaaa… dari luar sudah tercium wangi masakan ibu Jieun. Nyam! Setelah merapikan koper kami, kami akhirnya makan. Jieun menjelaskan satu-satu makanan yang dihidangkan di atas meja. Beberapa makanan sudah pernah aku makan di Mujigae wkwk seperti Bulgogi, Kimchi. Saat suapan pertama, huaaa! Masakan mama Jieun enak banget! Aku juga sangat suka nasi di Korea, pulen gitu. Bulgoginya enak! Semua enak! Bahkan mama Jieun masak dadar gulung aja dadar gulungnya enak banget. Beda deh.

DSC_0328[1]

Ditengah itu sambel yang gak ada pedas-pedasnya sama sekali. Rasanya manis :’

Hiyaaa… Hari pertama kami akhirnya ditutup dengan hamdalah usai menyantap masakan mama Jiuen hhi

Happy traveling!

 

 

 

 

Standard
How to, Korea Selatan, Travel

Day 2 : Arrive in Busan!

Jika di bandingkan dengan Seoul, Busan memang jauh lebih tenang dan sepi. jika dibandingakan dengan Seoul, di sini sepertinya lebih banyak orang tua. Tidak perlu menyisihkan waktu yang banyak jika kalian ingin ke beberapa tempat wisata di Busan. Namun, jika kalian merupakan tipe pejalan yang santai dan memiliki waktu yang banyak, maka berlama-lama di Busan tidak ada salahnya. Aku dan teman-teman ke Busan memang hanya menyisihkan waktu 1,5 hari dengan mendatangi beberapa tempat-tempat yang sudah cukup terkenal di telinga kami. Selama di Busan kami menginap di daerah Haeundae. Menurutku daerah Haeundae cukup strategis karena dekat kemana-mana meskipun dengan metro dan bus. Pada tanggal 18 May 2017 kami sampai di Busan sekitar pukul 09.00. Terlambat 1 jam dari yang sudah dijadwalkan. Hal tersebut karena pada saat akan take off pesawat kami harus mengantri di Bandara KLIA2 terlebih dahulu karena ada beberapa pesawat juga yang akan take off malam itu.

IMG_5419

Sampai di pagi hari memang sangat menguntungkan bagi kami sehingga memiliki banyak waktu untuk mengeksplore Busan seharian. Dari Gimhae International Airport kami naik Airport Limousine dengan tujuan akhir Haeundae. Biaya yang kami keluarkan untuk Airport Limosine ini adalah 7000 Won. Selain menggunakan Airport Limosine, ada 2 cara lainnya yang lebih murah yaitu dengan menggunakan Bus biasa (Naik nomor 307 untuk ke daerah Haeundae dan 1009 untuk daerah sekitar Geumgok/Gadeok Quay) dan menggunakan Metro yaitu keluar di Daejo Station (Line 3)/ Sasang Station (Line 2), transfer to Busan Gimhae Light Rail Transit. Sebenernya penginapan kami yaitu Miss Egg Hostel deket banget dari Haeundae Station, jadi kalau dari Bandara lebih dekat jika naik Metro. Namun, rempong banget cyiin geret-geret koper dan naik tangga pas keluar stasiun. Tapi kalau kalian Cuma bawa ransel doang lebih baik naik metro atau bus karena jauh lebih murah.

Nah, bagi kalian yang akan naik Airport Limousine dengan tujuan Haeundae berikut rute yang akan di lalui

Gimhae Airport > Namchun-dong > Gwnagan-dong > Gwangan Stn.> Suyeoung Intersection> Suyeoung Hyundai apt> Centum Hotel> Bexco> Olympic Intersection> Gyeongnam Marina apt.> Park Hyatt Busan> Hanwha Resort> Hyperion> The Westin Chosun Hotel> Grand Hotel> Haeundae Beach> Novotel Ambassador Busan> Paradise Hotel> Mipo, Moontan road> Raemian Haeundae apt.> Hyundai I-park apt> Jangsan Stn.> Haeundae Paik Hospital> Dongbu apt> Daelim 1-cha apt> Yangwoon High School> Yangwoon Elementary School.

Seharusnya kami turun di halte Haeundae Beach, tapi kelewatan hha. Jadi kami turun di Novotel Ambassador Busan. Saat di dalam Limousine kami melihat dari dalam kaca bahwa Busan sedang terik-teriknya. Wah panas nih, fikirku. Tapi setelah turun dari Limousine, bbrrr, cahayanya doang keliatan terik, tapi nyatanya dingin banget. Busan saat itu bener-bener kayak di pakein AC dengan suhu minimum terus ditambahin kipas aingin. Gimana tuh rasanya.

Saat turun di depan Novotel, kami bingung di mana letak hostel kami. Akhirnya kami ke Haeundae Tourist Information Center untuk menanyakan kemana kami harus melangkah (duileeeh). Ohya, yang aku sangat suka dengan Busan adalah disini Tourist Information Center nya gampang banget diakses oleh turis! Setelah dijelaskan oleh mbak-mbak yang ada di Tourist Information Center tersebut rute untuk sampai ke hostel kami akhirnya kami jalan deh. Letak Tourist Information Center yang berada tepat di depan Haeundae Beach ini membuat kami melihat sedikit aktivitas dari beberapa pekerja yang akan membuat patung pasir. Mungkin untuk menyambut liburan musim panas (fyi, setiap bulan Juni akan ada Haeundae Sand Festival). Huft sayang belum jadi, jadinya belum bisa foto-foto cantik di depannya deh.

Setelah diberikan petunjuk dimana hostel kami yaitu Miss Egg Hostel (ohya, review dan how to get this hostel di post-an berikutnya yah!) akhirnya kami sholat dan berberes. Baru selesai jam 1 siang hha. Bener-bener gak kerasa. Akhirnya kami melakukan sedikit perubahan di itinerary kami dan mulai berangkat lagi tanpa mandi wkwk. Buseeet, strong banget deh kita hari itu, padahal semaleman di pesawat, nyampe hostel jalan lagi dan sempat mampir ke convenience store cuma beli nasi kepal dan banana uyu.

Berikut merupakan beberapa tempat yang kami datangi di hari pertama kami di Busan. Untuk cara ke tempat tersebut kalian bisa google sendiri yaa dengan patokan hostel yang telah kalian pesan.

  1. Gamcheon Culture Village

    IMG_5370

IMG_5412

Nih, kalau jalan sampe gang-gangnya 🙂

Metro Line 1 Toseong Stn. (Exit 6) -> Transfer (by bus) to Saha-gu 1-1, Seo-gu 2, 2-2

Salah satu alasan yang bikin kita pengen banget ke Busan adalah karena ini sih, Gamcheon Culture Village. Abisnya seru banget liat rumah warna warni gitu. Jadi dulunya ini merupakan perkampungan kumuh yang kemudian di sulap menjadi perkampungan yang warna-warni dan banyak lukisan lucu-lucu di dinding rumah. Ohya sebelum masuk mampir dulu ke Tourist Information ya buat ambil Gamcheon map, karena Gamcheon itu luas banget dan banyak gang-gang kecil yang kalau kalian ga pke map kemungkinan ga bisa pulang hha.

Pas sampe sana banyak banget wisatawan yang ke sini. kebanyakan sih wisatawannya orang Korea juga dan beberapa aku melihat wisatawan Thailand. Menurutku sih, best time ke sini adalah pagi biar gak terlalu ramai wisatawan dan biar bisa bebas foto-foto juga hha. Siapkan tenaga dan kaki kalian di sini yaaa. Sebelum berangkat usahakan rajin-rajin jogging hha. Rutenya naik turun gunung plus beberapa tangga bokk. Tapi pemandangannya bagus sih hhe. Ohya, selama di sana apalagi pas lewatin gang-gang kecilnya usahakan jangan terlalu berisik karena itu perumahan penduduk cuy, bukan museum kosong doang hha.

  1. Jagalchi MarketIMG_5429

IMG_5438Metro Line 1 Jagachi Stn. (Exit 10)-> Walk 300m toward Jagalchi 1-gil. Kalau dari Gamcheon tinggal naik bus nomor 2-2 atau 1 ntar minta turun di Jagachi Market. (deatil halte bisa kalian liat di Gamcheon map)

Mungkin bisa dibilang ini pasar ikannya Busan. Disini berbagai macam hasil tangkapan laut ditampilkan, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup. Ukurannya rata-rata besar-besar loh. Banyak hasil tangkapan yang jarang dan belum pernah aku lihat di Indonesia. Seperti Gurita, terus banyak banget sih yang lainnya yang aku gak tahu namanya hhu. Kalau nanya juga kayaknya percuma soalnya rata-rata pedagang di sana menggunakan bahasa Korea. Jagachi merupakan pasar ikan terbesar di Korea. Di sana juga banyak restoran yang tersebar, yang konsepnya kita bisa milih hasil tangkapan laut yang masih hidup-hidup yang di pajang di aquarium depan restoran. Jadi seafood yang disajikan dijamin fresh! Namun, karna harganya yang mahal dan di Balikpapan juga banyak seafood kami mengurungkan niat untuk mencoba seafood di sana.

  1. BIFF SquareIMG_5452IMG_5450

Kalau dari Jagalchi Market tinggal jalan kaki

Disini kalian akan menemukan banyak cap tangan orang-orang yang bekerja di bidang perfilman di seluruh dunia. Tapi karena saat aku sampai di BIFF sudah sore akhirnya kami tidak sempat untuk melihat satu persatu, tangan-tangan siapa aja yang ada di sana. Hha

BIFF Square ini berada di cluster Nampo Dong yang di dalamnya juga terdapat movie theatre dan tempat belanja sehingga banyak banget anak muda di sini kalau sore hari bahkan banyak diantara mereka yang masih menggunakan seragam sekolah.

  1. Busan Tower

IMG_5512

Dari BIFF Square kami jalan ke Busan Tower/Yongdusan Park. Syumfaaah itu kita setroong banget. Huhu perjalanan jauh banget dengan rute jalanan naik turun bukit cuyyy. Gue mengakui deh emang orang Korea pada kuat banget jalan, disinilah kami akhirnya mulai menyadari bahwa jalanan yang turun naik bukit bukan hanya di Gamcheon Village namun memang seluruh Korea hhu! Jadi kontur jalanan di Korea Selatan memang naik turun gunung. Pantes body orang-orang Korea pada slim-slim. Hha

  1. Gukje Market

Ini nih yang zonk banget, Gukje Market! Jadi setelah dari Busan Tower kita ikutin peta ke Gukje Market. Ya ampuun, lapar banget plus kaki udah kayak mau lepas. Nah, pas turun kita ngelewatin pasar gitu. Sempet bingung nih disini, ini pasar apaan. Karena udah mulai magrib, itu jam setengah 8 kayaknya, pedagang di pasar sudah mulai siap-siap untuk tutup tokonya. Sampe akhirnya di ujung pasar akhirnya kita bengong. Gukje Market mana ya? Sempet lama bingung akhirnya kami didatengin bapak-bapak dan dia ngomong dengan bahasa Korea yang aku sama sekali gak ngerti. Tapi untungnya Nisa dan Una ngerti dikit-dikit katanya. Kita nanya di mana Gukje Market? Dan jawabannya adalah tempat kami berpijak sekarang adalah Gukje Market! Wkwkw jadi katanya pasar cuma buka dari pagi sampe sore doang. Kalau malem pasar bubar. Hiyaaa, kirain pasar buka sampe malem TT padahal udah ngebayangin makan Toppokki malem-malem atau nyobain makanan khas Busan. Terpaksa malam itu kami ke convinience store terdekat dan diisi dengan Banana Uyu lagi :’)

  1. Gwangalli Beach

IMG_5535

Metro Line 2 Gwang-an Stn. (Exit3,5) -> 650m toward Gwangalli Beach

Nah setelah ke Gukje kita lanjut ke Gwangalli Beach. Sampai disana sudah jam setengah 9. Pas keluar stasiun brrr dinginnya luar biasa. Kita juga kaget pas sadar saat itu jalanan udah SEPI ! Buset, kan ini baru aja malem? Malemnya aja baru jam 8 tapi kok sepi banget. Agak serem juga sih, apalagi dari stasiun kita harus jalan lagi sekitar 650 meter. Kalau dari petunjuk google kita Cuma perlu berjalan sekitar 3-5 menit. Duh, pas kita jalan kok berasa lama yaaa. Huakaka. Mungkin 3-5 menit tanpa ngoceh, tanpa nyari-nyari pantainya di mana kali yaa? Pas ditengah-tengah jalan terdapat beberapa restoran Shabu-Shabu. Hampir semua restoran shabu-shabu yang kami lewati penuh oleh pekerja kantoran yang baru saja pulang dan makan malam di sana. Di tangan kanannya mereka memegang sumpit dan di sebelah kirinya terdapat Soju. Mirip seperti di drama-drama sering aku tonton. Seketika itu juga aku berharap bisa melihat orang yang mabok di pinggir jalan gara-gara kebanyakan minum Soju wkwk. Apa iya maboknya heboh kayak unnie atau oppa yang kayak di drama? LOL

Setelah 15 menit jalan (kayaknya) pokoknya lama deh hha, akhirnya aku sampai di Gwangalli Beach, Yeay! Huwoooo, dinginnya tambah nusuk hhu. Padahal ini udah mau summer loh, tapi masih aja dingin bbrr. Pantainya lumayan rame, kebanyakan anak muda sih. Ada beberapa penyanyi jalananan juga yang nyanyi jadi suasanannya makin romantic hhi. Belum lagi kerlapkerlip lampu dari beberapa gedung di seberang pantai dan dari Gwangalli Beach terlihat jelas Gwangandaegyo Bridge yang hits ituuhh. Lampu jempatannya keren juga haha. Akhirnya kita sibuk foto-foto di tempat duduk sekitar pantai. Beberapa orang ada yang lari-larian di pantainya, terus aku penasaran dan pengen jalan-jalan di atas pasir pantainya. Pas lepas sepatu dan nginjekin kaki di pasir huwooow! Baru kali ini ngerasain pasir pantai dingin banget. Buset nih pasir kayak baru disimpen di kulkas. Terus Aul tambah norak! Hiyaaay Best time ke Gwangalli Beach adalah bulan Oktober karena ada Busan Firework Festival.

Akhirnya Gawangalli Beach menjadi penutup malam itu di Busan. Kami gak terlalu lama di sana soalnya takut jalanan ke hostel makin sepi dan aku yang sepanjang perjalanan pulang masih berharap bisa liat orang mabok Soju pun gagal, kayaknya kurang malem! haha

Standard
Jakarta, Korea Selatan, Life, Travel

Day 1: Hampir Gagal ke Korea (Drama di Bandara)

Mungkin pada tanggal 17 Mei 2016 menjadi salah satu hari terlelah buatku. Bagaimana tidak, pada hari itu aku akan ada 2 penerbangan sekaligus yang jamnya lumayan berdekatan dengan durasi masing-masing 2 jam plus dengan pesawat Low Cost Carrier (LCC) pula wkwkw. Pertama adalah penerbangan dari Balikpapan (BPN) ke Jakarta (JKT) pada pukul 08.40 WITA dan akan sampai di JKT pukul 09:55 WIB (terdapat perbedaan waktu 1 jam antara BPN dan JKT).  Keberangkatan berikutnya adalah ke Kuala Lumpur (KL) pada pukul 14.45 WIB. Sambil nunggu Nisa dan Una (teman yang juga akan ke Korea) akhirnya aku sempet keliling terminal 1 A, B, dan C lalu naik shuttle bus ke Terminal 3. Beberapa jam kemudian kami bertemu di Terminal 3. Kami self check in di depan counter AirAsia. Aku dan Una cuma dapet tiket JKT-KL karena kami membeli tiket terpisah. Sedangkan Nisa langsung mendapatkan dua tiket yaitu JKT-KL dan KL-Busan karena memang saat pembelian dia langsung membeli AirAsia JKT-Busan.  Aku dan Una akhirnya baru bisa cetak tiket KL-Busan nanti saat di KL.

Penerbangan JKT-KL ini aku dapatkan cuma Rp 160.000,- lohh. Sebenernya aku bisa dapat lebih murah lagi daripada ini kalau lebih cepet booking nya. Tapi karena murah, kita gak dapet bagasi. Kami cuma dapet jatah bawaan ke kabin 7 kg dengan ukuran koper/tas  maksimal 56cm x 36 cm x 23cm. Agak deg-degan pas masuk ke gate karena takut di timbang. Tapi 2 orang temanku Hanna dan Alia yang dulu pernah pergi dengan AirAsia meyakinkan bahwa koper kita tidak akan ditimbang. Jadi kalau bawaan lebih dari 7kg tetap bisa melenggang ke dalam pesawat. Daaaan, pada saat masuk antrian masuk gate, apa yang kami khawatirkan kejadian juga. Ternyata ada random check gitu. Jadi ada mas-mas dari AirAsia yang tiba-tiba nangkring di depan gate dan ngecekin koper penumpang satu-satu untuk ditimbang. Aku, Una, dan Nisa jadi sedikit panik. Gimana gak, bawaan kita semua lebih dari 7kg hha. Aku sepanjang ngatri terus berdoa semoga masnya cepetan pergi atau Allah jadiin koperku invisible saat itu juga. Saat mendekati meja pengecekan tiket dan hampir deket dengan mas yang nimbang koper, Nisa ternyata kopernya cuma diangkat doang gak sampe ditimbang, karena diantara kita bertiga emang koper doi yang sedikit kecil, jadi tidak mencurigakan. Sedangkan Una lolos dari pengamatan masnya, jadi melenggang ke dalam gate dengan santainya (padahal dari koper kami bertiga, koper dia yang paling berat btw wkwk). Dan pada saat giliranku… Koperku diangkat oleh masnya, dan ditimbang! OMG! Sumpah saat itu deg-degannya luar biasa khawatir di suruh beli bagasi karena bawaan kabin melebihi kuota. Namun, engingeng … koperku lolos! Masih setengah nggak percaya sih. Wkwk

Oke oke, akhirnya kami terbang selama 2 jam ke KL. Sampai di KL pukul 18.00 kami langsung ke bagian transfer. Rencananya sih mau keliling KLIA2 tapi kami udah capek banget. Apalagi aku yang udah terbang dari Balikpapan. Setelah sholat magrib kami memutuskan untuk makan di Level 3 (Foodcourt area) rata-rata makanan di sana 16 RM. Gaperlu beli minum karena disana terdapat beberapa keran air minum. Lumayan hemat 3-4 RM LOL. Setelah makan kita ke Movie Lounge di Level 2. Menurutku tempat ini lumayan pewe buat tidur, ada colokan juga di sana. Banyak bule-bule tidur ngemper di lantai dekat Movie Lounge, jadi kalau mau tidur di lantai pede aja. Hihi

Setelah leha-leha akhirnya pukul 21.30 kami memutuskan ke Gates P. Kalau dari layar yang kami lihat, penerbangan ke Busan adalah Gate P10. Buset jauh juga ternyata. Nyampe-nyampe depan gate udah jam 22.00. Nah, di sini nih kita mulai celingak-celinguk. Penerbangan kami memang belum. Saat itu petugas masih sibuk memanggil penumpang dengan penerbangan ke Sydney. Kami akhirnya sedikit janggal saat menyadari tidak ada mesin Self Check in di sekitar ataupun di dalam gate!!! Makin panik pas ngeliat kok semua penumpang yang ngantri udah pada megang tiket masing-masing yaaa?! Huaaa, aku dan Una mulai panik. Mau tanya ke penumpang yang lalu lalang rada takut soalnya mereka rata-rata lagi pada buru-buru masuk ke gate P10, petugas pun begitu. Pada sibuk banget. Tapi akhirnya aku lihat bule gitu yang lagi duduk, aku tanya di mana dia nyetak tiket? Ternyata dia kasusnya sama kayak Nisa. Udah dapet tiket dari negara asalnya, jadi gak tau yang transit pada nyetak tiket di mana. Akhirnya aku dan Una cari gate lainnya yang lagi gak sibuk untuk ditanyain. Akhirnya di gate P12 ketemu petugas yang menurutku rada jutek hufft. Dia juga gak tau apa-apa dan nyuruh kami untuk ke counter AirAsia yang berada di depan pintu Transfer. Well, itu lumayan jauh btw. Hmm, akhirnya aku dan Una nitip koper kami ke Nisa. Kami melewati bagian cek bawaan (itu namanya apasih? wkwk) Mereka sempet nanya kita mau ke mana. Soalnya memang di situ gak tersedia pintu buat keluar. Kami menjelaskan kalau kami belum check in dan nyetak tiket untuk ke Busan. Kami juga sempet nanya ke mereka dan mereka menyarankan kami untuk ke counter AirAsia.

Akhirnya kami lari-lari kayak orang bego ke information center untuk memastikan. Mereka juga menyarankan untuk ke AirAsia Counter. Lari-lari cantik lagi ke counter AirAsia yang dekat gate Transfer. Saat itu udah pukul 23.00 lewat kalau gak salah. Kami ke counter dan dijutekin sama mbaknya. Busetttt! Dia sibuk main hp bokk. Terus jawab pertanyaan kita ketus banget. Gak tau apa nafas kita udah tinggal di ujung nih 😦 Dia bilang kita harus keluar imigrasi dulu buat self check in. Jadi harus keluar naik eskalator dulu. Terus aku tanya, kalau aku web check in aja gimana? Apa tetep butuh tiket yang berbentuk kertas? Dia bilang tetap perlu dengan jawaban dan muka yang ketusnya bertambah 5x lipat dengan hp yang gak lepas dari tangannya. Hufttttttt! Opsi lainnya, kita bisa ke Sama-Sama Hotel yang ada di Level 3 (deket foodcourt) tapi berbayar dan Una maupun gue gak bawa duit sama sekali. Semua dompet kita tinggal ke Nisa. Ya Allah kita mau pingsan. Akhirnya aku bilang ke Una, daripada kita ambil duit ke Gate P10 yang juga jauh terus balik lagi ke Sama-Sama Hotel yang sebenernya belum pasti apa kita bisa ngeprint apa nggak mending kita langsung aja keluar Imigrasi dan Self check in (saat itu dalam otakku dan Una, Imigrasi itu deket). Kami lari naik eskalator. Sumpah kakiku berat banget. Sesekali aku terus melihat jam. Imigrasi gak keliatan juga. Saat itu KLIA2 keliatan sepi banget. Cuma ada beberapa petugas yang kayaknya juga bersiap untuk pulang. Beberapa petugas kami tanyakan di mana mesin self check in semua menunjukkan arah ke depan, namun kami tidak tahu dimana ujungnya. Nafas una dan nafasku sudah sangat jelas terdengar tak beraturan. Aku sebenarnya juga udah pasrah kalau memang kita gagal ke Korea dan harus menghabiskan 9 hari di Kuala Lumpur karena sebentar lagi batas waktu terakhir check in 😦

Di sepanjang jalan, kami terus bertanya setiap bertemu petugas.  Saat bertanya juga omongan kami mulai gak jelas, percampuran antara capek, kaki sakit, sedikit panik dan bingung. Petugas yang kami tanya juga selalu menjawab pertanyaan kami sekenanya sambil menunjuk ke depan dan bilang “Exit”. Lah ini kita udah lari dari tadi dimana exit nya deh :(. Setelah lari lumayan jauh akhirnya kami melihat kantor AirAsia, aku masuk dan bertanya dimana bisa cetak tiket. Tau gak, petugasnya cuma bilang, “Bukan di sini” What? Gitu doang jawabnya? Aku dan Una akhirnya keluar kantor tersebut. Sedikit kebingungan dan akhirnya ada mas-mas dari AirAsia yang liat kita kebingungan di luar terus nyamperin dan ngasih arahan di mana imigrasi. Setalah bilang makasih, kita lari lagi kayak Bolt wkwkw. Akhirnya kita lihat gate imigrasi. Huft akhirnyaa. Udah sepi banget. Pas jari telunjukku di scan, tanganku bergetar saking capeknya lari sehingga beberapa kali disuruh beberapa kali ngulang nempelin jari telunjuk. Keluar dari gate imigrasi akhirnya kita liat mesin self check in. Huaaaa, tuh mesin udah kayak berlian. Bersinar-sinar di mataku, pengen banget dipeluk hhu. Pas banget kita sampai 1 jam 15 menit sebelum flight, yang berarti udah jam 00.00 (Close Gate 00.45) bokk. Aku dan Una berarti tadi lari-lari kayak orang gila selama 1 jam. Gilaaak, selama ini gak pernah sama sekali olahraga dan sekarang disuruh lari 1 jam itu rasanya … hhu.

Setelah check in akhirnya aku dan Una lari lagi menuju gate P10. Pas masuk ke imigrasi lagi buat dapetin cap keluar Malaysia, aku dilayanin mbak-mbak gitu. Buset lagi-lagi aku dijutekin, hufft kenapa sih seluruh KLIA2 kayaknya pada jutek amat. Pengaruh udah malem apa ya. Terus tuh mbak mbak sambil chat masaaa. Terus dia ketawa-ketawa sendiri gitu sambil ngeliatin terus layar HP nya. Pas bagian scan jari telunjuk tanganku masih agak bergetar efek lari. Jadi berkali-kali di suruh ulang scan. Aku juga akhirnya jadi gak sabar. Dia juga sibuk banget sama HPnya ihhh. Terus dia bilang, “Tangannya tolong ditempelin yaaa. Jangan di lepas-lepas! Mau pulang nggak?” (dengan bahasa Malay) Grrrr, kalau aku lagi gak buru-buru, aku jawab juga nih doi. Sumpah sebel banget, aku cuma diam aja sambil menggerutu dalam hati. Hhuhu. Keluar dari imigrasi akhirnya aku lari bareng Una. Nyampe gate P10 aku sama Una minum sepuasnya. Bahkan orang yang bagian cek barang udah hapal muka kita dan nanya, “Gimana? Udah dapat tiket?” Huhu, udaaah Pak Cik udaaaah. Sambil nangis darah. Gak lama setelah itu akhirnya open gate, dan kita duduk udah kayak orang teller. Nafas udah gak beraturan.

Sumpah ini pengalaman banget sih. Aku jadi tau banget kalau connecting flight LCC (kalau kalian beli tiketnya terpisah) tuh ternyata harus keluar dulu lewatin imigrasi karena tempat cetak tiket ada di bagian luar. Jadi jangan langsung masuk Transfer yaa. Atau kalau kalian males keluar imigrasi, cara lainnya adalah ke Sama-Sama Hotel yang ada di Level 3 (tapi aku belum pernah). Setelah kejadian ini akhirnya kami menyadari bahwa KLIA2 itu luas banget, tidak hanya sebatas Gates P dan Q. Selain itu aku ngerasa kayaknya kita emang disuruh latihan sama Allah, karena ternyata selama di Korea Selatan kita banyak banget jalan dan lari, jadi kaki (agak) sedikit kebal. Hiyeeeey!

Standard
Balikpapan, Jakarta, Korea Selatan, Life, Travel

Day 1 : Hampir Gagal ke Korea (Tiket yang Gak Keluar)

Aku yang berada di Balikpapan (BPN) dan tiket penerbanganku yang start dari Jakarta (JKT) membuatku harus membeli tiket pp BPN – JKT lagi. Penerbanganku ke Kuala Lumpur (KL) adalah pada tanggal 17 Mei 2017, awalnya pengen main ke JKT dulu jadi pengen ambil keberangkatan pagi dari JKT tanggal 16 Mei 2016. Tapi karena galau membeli tiket kapan akhirnya aku memutuskan untuk membeli tiket ke Jakarta H-3 JAM wkwk pada tanggal 16 Mei 2016. Tergiur dengan harga tiket murah akhirnya aku membeli tiket di Reservasi.com. Setelah melakukan pesanan untuk tiket pulang pergi beberapa menit kemudian pihak Reservasi.com hanya memberikanku tiket JKT-BPN (Citilink) sedangkan tiket BPN-JKT (Sriwijaya Air) belum ada sama sekali.

Aku mencoba menelpon Reservasi.com ternyata customer service mereka baru beroprasi pukul 08.00 pagi waktu Jakarta. Itu berarti jam 09.00 pagi waktu Balikpapan hufft. Sedangkan tiket yang belum keluar itu adalah tiket untuk penerbangan jam 9.45 di hari itu juga. Sedikit panik sih akhirnya aku memutuskan untuk menelpon pihak Sriwijaya Air untuk memastikan apakah namaku sudah tercantum atau belum dalam sistem mereka. Saat aku telepon Alhamdulillah customer service mereka beroprasi dan saat aku tanyakan apakah namaku sudah terdaftar dalam penerbangan pukul 09.45 WIB mereka mengatakan bahwa namaku belum terdaftar. Mendengar jawaban tersebut akhirnya aku sedikit lega. Berarti aku tidak perlu terburu-buru ke bandara saat itu juga. Namun, kesal juga kenapa kok bisa tiketku tidak keluar padahal aku melakukan pembayaran pada waktu yang hampir bersamaan dengan tiket JKT-BPN. Berarti memang fix, pihak Reservasi.com belum memesankan tiket untukku pagi ini. Akupun menunggu hingga pukul 09.00 WITA sampai CS Reservasi.com buka.

Pada akhirnya aku telepon mereka dan ada yang mengangkat teleponku. Aku meluapkan semua keluhan dan mempertanyakan mengapa tiketku belum keluar juga. Mereka lalu meyuruhku mengirimkan bukti pembayaran ke email mereka dan mereka berjanji akan memberikan kabar secepatnya setelah menerima email dariku. Tidak lama kemudian mereka menelponku lagi dan memohon maaf bahwa benar tiketku memang belum keluar padahal uangku telah terdaftar dalam catatan mereka. Kesel dong! Dan mereka menawarkan untuk memesankan tiket saat itu juga. What! Ini tinggal 30 menit lagi dan aku belum ngapa-ngapain. Belum lagi check in. Gak bakal sempat lah yaa. Akhirnya aku minta mereka me-reschedule tiketku dengan jam yang sama namun hari yang berbeda yaitu besok, karena saat aku lihat ternyata harganya sama saja bahkan lebih murah dari yang aku bayarkan.  Tapi mereka gak mau hhu. Katanya sesuai prosedur perusahaan harus refund. Oke, bagus klo refund. Aku juga butuh uangnya segera. Akhirnya gue lega dong dan nunggu duit gue di refund. Mungkin beberapa jam lagi duitku bakal balik, pikirku.

Tapi setelah beberapa lama kemudian, khawatir tiket melambung naik dan aku butuh banget penerbangan besok pagi akhirnya aku menelpon pihak Reservasi.com untuk menanyakan jam berapa kira-kira duitku bisa di refund. Namun, saat aku menelpon mereka jawaban yang aku dapatkan sungguh mengecewakan. Sebelumnya mba-mba yang ngomong pertama kali denganku mengatakan bahwa proses refund akan diusahakan secepatnya bahkan bisa hari itu juga karena hal tersebut merupakan kesalahan dari pihak Reservasi.com. Namun kali ini mereka membalas bahwa proses refund membutuhkan waktu 30 HARI KERJA atau paling cepat 15 HARI KERJA. Aku benar-benar kesal, tapi mau gimana lagi, ngomel-ngomel sampe bibir doer ke mereka juga gak akan ada gunanya kan. Hufft akhirnya aku beli tiket baru lagi dengan uang yang baru 😦 . Masih trauma dengan pembelian online, takut tiket gak keluar lagi akhirnya aku memutuskan untuk membeli tiket di travel dekat rumah. Alhamdulillah dapat harga yang gak jauh beda, cuma beda 10rb. Huff, tau gitu beli disini aja. Daripada tiketku gak keluar sama sekali yang akhirnya berujung duit 606 ribu ku ilang dan di refund entah kapan 😦

Pokoknya kalau 15 hari kerja mereka belum transfer juga, bakal aku teror lagi. Huhu duit segitu kan gak sedikit huffft. Saat itu sumpah aku takut banget gak dapet tiket ke JKT besok pagi karena penerbangan dari JKT ke KL juga besok tapi di siang harinya.

So guys, pelajaran yang bisa diambil adalah jangan cepat tergiur dengan tiket-tiket murah dari web yang belum tentu terpercaya ya. Apalagi bedanya gak jauh. Ohya dan satu lagi! Jangan beli tiket dadakan hhi.

Happy Traveling!

Standard